Home » » teknik pengendalian hama dan penyakit terpadu pada serangan penyakit busuk pangkal batang pada tanaman lada

teknik pengendalian hama dan penyakit terpadu pada serangan penyakit busuk pangkal batang pada tanaman lada

Posted by tulisan seorang pelajar on Thursday, December 31, 2015

Teknik pengendalian hama dan penyakit terpadu pada serangan penyakit busuk pangkal batang pada tanaman lada

Lada (Piper nigrum L.) adalah salah satu rempah – rempah indonesia yang memiliki peran dalam perdagangan dunia, indonesia salah satu pemasok lada terbesar didunia.  Pada tahun 2009 indonesia ekspor lada sebanyak 50.642 ton. Di pasar internasional lada indonesia dikenal dengan muntok white papper dan lampong white papper, dan untuk nilai jual, lada indonesia mempunyai daya tarik tersendiri karena rasanya yang khas.

Faktor pembatas produksi lada Indonesia di antaranya serangan Phytophthora capsici, penyebab penyakit busuk pangkal batang (BPB). serangan penyakit busuk pangkal batang dapat menyebabkan kerugian 10-15 % per tahun. Ditjenbun melaporkan penyakit tersebut pada akhir tahun 2007 menyebabkan kehilangan hasil sebesar Rp. 19 milyar dengan luas kerusakan 73.666 ha Serangan paling mematikan apabila Phytophthora menyerang pangkal batang dan akar tanaman.

Penyakit BPB juga dapat menyerang bagian pucuk daun yang menyebabkan terjadi bercak pada bagian ujung, tengah atau tepi daun. Tanaman muda sampai tanaman yang telah berumur lebih dari dua tahun dapat terserang penyakit BPB. Banyak faktor yang menjadi kendala dalam budidaya lada, diantaranya adalah serangan penyakit busuk pangkal batang (BPB) yang disebabkan oleh jamur Phytophthora capsici. Penyakit ini merupakan organisme pengganggu tumbuhan paling berbahaya dan paling merugikan bagi petani lada.

Penyakit busuk pangkal batang disebabkan oleh jamur Phytophthora capsici. Penyakit ini pertama kali ditemukan di Lampung Selatan tahun 1885. Jamur P. capsici dapat menyerang semua umur/stadia tanaman, mulai dari pembibitan sampai tanaman produksi. Serangan yang membahayakan apabila terjadi pada pangkal batang atau akar karena menyebabkan kematian tanaman dengan cepat

Busuk Pangkal Batang (pytopthora capsici L )

Dalam sistem taksonomi pytopthora capsici L sebagi berikut :
Domain :          Eukaryota
Kerajaan :        Chromalveolata
Filum   :           Heterokontophyta
Kelas   :           Oomycetes
Ordo    :           Peronosporales
Famili  :           Pythiaceae
Genus  :           Phytophthora
Spesies :   phytoptohora capsici L

Miselium P. capsici tidak bersepta dan mengandung banyak inti diploid. Jamur tersebut berkembang biak dengan dua cara yaitu secara aseksual dan seksual. Secara aseksual membentuk sporangium. Bentuk sporangium bervariasi dengan perbandingan panjangdan lebar berkisar antara 1,3 – 1,8. Sporangium berpapila, kadang-kadang   dijumpai sporangium  yang  mempunyai  dua  papila. 

Zoospora keluar   dari  sporangium  melalui papila apabila  sporangium  telah  masak  dan  adanya  lapisan air.  Adanya  lapisan  air tersebut   memungkinkan   zoospora   untuk   berenang.   Zoospora   merupakan   salah   satubentuk inokulum yang penting bagi penyebaran penyakit busuk pangkal batang. Perkembangbiakan   jamur   secara   seksual   menghasilkan   oospora.   Oospora   dibentuk apabila ada dua jenis tipe jodoh hifa yang serasi. Oospora berbentuk bulat, berdinding tipis, tidak berwarna pada waktu muda dan berwarna kuning hingga coklat keemasan apabila telah masak.

Daur Penyakit
Daun-daun sakit merupakan sumber inokulum bagi tangkai atau cabang sehat yang berada di dekatnya. Infeksi pada daun biasanya terjadi setelah turun hujan. Apabila selama waktu hujan angin kencang, maka propagul P. capsici dapat terbawa dan menyebar ke daun tanaman di sekitarnya. Apabila serangan patogen terjadi pada satu tanaman dalam suatu kebun, maka dapat diperkirakan 1-2 bulan kemudian penyakit akan menyebar ke tanaman di sekitarnya.

Serangan P. capsici pada tanaman lada banyak terjadi pada musim hujan. Pada saat itu keadaan suhu yang rendah dan kelembaban yang tinggi serta didukung oleh adanya nutrisi yang cukup akan merangsang struktur istirahat jamur patogen untuk berkecambah.Tetesan air hujan yang jatuh ke tanah dapat membantu memudahkan propagul dari tanah ke daun yang didekatnya sehingga memungkinkan terjadinya  infeksi.

Pada serangan lanjut mengakibatkan terbentuknya sporangium pada permukaan bawah daun dan bilaada lapisan air memungkinkan terbentuknya zoospora. Apabila selama hujan disertaiangin maka sporangium atau zoospora yang telah terbentuk akan terlepas dan terbawa angin menyebar ke tanaman di sekitarnya. Zoospora disebut juga sebagai spora kembar, karena dapat berenang bila ada lapisan air.Lama geraknya tergantung suhu air bebas. Tiga puluh menit setelah zoospora berhenti bergerak, akan terjadi perkecambahan bila lingkungan memungkinkan. Bila lingkungan tidak   menguntungkan   maka   akan   terbentuk   struktur   istirahat.   Kemampuan   patogen

bertahan hidup di dalam tanah mempunyai peranan penting sebagai sumber inoculum primer.Penyebaran   jamur   selain   oleh   air   juga   dapat   dilakukan   oleh   ternak,   manusia,   alat pertanian bekas dipakai pada tanaman sakit dan siput/keong.

Gelaja yang muncul
Gejala khas penyakit BPB ialah kelayuan tanaman apabila patogen tersebut menyerang pangkal batang atau akar. Infeksi pada pangkal batang menyebabkan terjadinya perubahan warna kulit menjadi hitam. Pada keadaan lembap, gejala hitam tersebut tampak seperti berlendir berwarna agak biru. Serangan pada akar menyebabkan tanaman layu dan daun-daun menjadi berwarna kuning.

Daun-daun yang layu sering tetap tergantung dan berubah warna menjadi cokelat sampai hitam. Serangan patogen pada daun menyebabkan terjadinya bercak daun. Sepanjang tepi bercak terdapat bagian gejala hitam bergerigi seperti renda yang akan tampak jelas bila daun diarahkan ke cahaya, sedangkan serangan pada buah menyebabkan buah berwarna hitam dan menjadi busuk. Umumnya serangan terjadi pada buah yang letaknya dekat permukaan tanah .

Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu
Pengendalian hama dan penyakit terpadu adalah sebuah sistem perlindungan tanaman yang mengatur tata cara pegendalian serangan hama dan penyakit. Pengendalian secara terpadu terbagi menjadi pengendalian pencegahan (preventif) dan pengendalian penanggulangan (kuratif). Perbedaan pengendalian terpadu dengan sistem pengendalian lainnya adalah, pada pengendalian hama dan penyakit terpadu hanya akan dilakukan pengendalian apabila intensitas serangan dari OPT telah melewati ambang ekonomi (sudah dianggap merugikan).

Pengendalian terpadu dalam teknisnya memadukan beberapa teknik pengendalian. Dalam pelaksanaannya diurutkan mulai dari pengendalian pencegahan sampai dengan pengendalian penanggulanangan. Adapun pengendalian hama dan penyakit terpadu bagi serangan pytopthora capsici L adalah sebagai berikut.

Teknik Pengendalian Kultur Teknis
Menggunakan varietas yang resisten/ toleran merupakan alternatif dalam memanipulasi serangan hama ini. Varietas yang toleran diantaranya yaitu, Natar 1, Natar 2 clan Petaling .
Mempunyai saluran drainase dan parit keliling, sehingga tidak ada air yang tergenang di dalam kebun. Adanya air yang tergenang merupakan tempat atau kondisi yang baik untuk pertumbuhan dan perkem-angan jamur P. capsici.

Pengamatan pada kebun lada di Lampung yang dicampur dengan tanaman kopi, ternyata intensitas serangan BPB menurun sebesar 3% (Kasim, 1990). Daun-daun cengkeh kering atau ampas sisa sulingan bunga cengkeh dapat menekan pertumbuhan dan perkem-bangan BPB . Berdasarkan pengamatan di atas, disarankan menanam tanaman sisipan/sela seperti kopi dan cengkeh diantara tanaman lada.

Teknik Pengendalian Biologi
Penyakit BPB dapat dilakukan dengan pemberian kotoran ternak dicampur alang-alang dan agensia hayati T.Harzianum. Aplikasi pupuk kandang dapat dilakukan bersamasama dengan aplikasi alang-alang dan agensia hayati untuk menekan terjadinya serangan P. capsici. Pemberian bahan organik harus dibenamkan dalam tanah, di bawah tajuk tanaman lada agar berfungsi sebagai sumber nutrisi bagi tanaman lada, menggemburkan tanah, meningkatkan populasi mikroorganisme antagonis. Alang-alang sebagai sumber bahan organik dapat diberikan sebagai penutup tanah. Untuk pengendalian penyakit BPB maka alang-alang harus dibenamkan.

Teknik Pengendalian Fisik-Mekanik
Pengendalian secara kultur teknis meliputi penggunaan bibit yang sehat, penanaman tanaman penutup tanah, penggunaan tiang panjat hidup, pemupukan yang berimbang, pembuatan drainase dan parit keliling, pemangkasan tajar, pembuangan sulur cacing dan sulur gantung, penyiangan terbatas, serta pemangkasan cabang lada yang ada di bagian bawah. Penanaman tanaman kelompok Liliaceae dilaporkan akan menekan terjadinya gejala BPB karenaeksudat akar tanaman tersebut dapat menghambat perkecambahan zoospora P.capsici
Teknik Pengendalian Kimia

Pengendalian secara kimia dengan menggunakan fungisida berbahan aktif sistemik cenderung lebih efektif dan banyak digunakan oleh petani, khususnya saat harga lada tinggi Fungisida sistemik berbahan aktif aluminium fosetil 80%, asam fosfit 400g/l, atau menaburkan mefenoksam ke tanah sekeliling bawah tajuk tanaman dapat mencegah terjadinya penularan penyakit. Namun, pemakaian fungisida hendaknya merupakan pilihan terakhir. Selain karena permintaan produk yang bebas residu juga harga lada yang relatif tidak stabil, fungisida menjadi input yang mahal bagi petani.

Penutup
Penyakit busuk pangkal batang disebabkan oleh jamur Phytophthora capsici. Penyakit ini pertama kali ditemukan di Lampung Selatan tahun 1885. Jamur P. capsici dapat menyerang semua umur/stadia tanaman, mulai dari pembibitan sampai tanaman produksi. Serangan yang membahayakan apabila terjadi pada pangkal batang atau akar karena menyebabkan kematian tanaman dengan cepat. Diperlukan pengendalian terpadu untuk mengendalikan penyakit ini.

Kelebihan dari teknik hayati adalah tidak memberi dampak pencemaran lingkungan. akan tetapi respon yang diharapkan memerlukan waktu yang relative lama. sifat ini bertolak belakang dengan teknik pengendalian secara kimia. pada teknik pengendalian secara kimia respon yang muncul akan cepat akan tetapi berdampak teerhadap pencemaran lingkungan apabila  aplikasinya melebihi dosis yang diajurkan, selain itu juga mampu menyebabkan munculnya sifat resistensi OPT terhadap pestisida.


0 comments:

Post a Comment

.comment-content a {display: none;}