Teknik pengendalian hama dan penyakit terpadu pada serangan penyakit busuk pangkal batang pada tanaman lada
Lada (Piper nigrum L.)
adalah salah satu rempah – rempah indonesia yang memiliki peran dalam
perdagangan dunia, indonesia salah satu pemasok lada terbesar didunia. Pada tahun 2009 indonesia ekspor lada
sebanyak 50.642 ton. Di pasar internasional lada indonesia dikenal dengan
muntok white papper dan lampong white papper, dan untuk nilai jual, lada
indonesia mempunyai daya tarik tersendiri karena rasanya yang khas.

Faktor pembatas
produksi lada Indonesia di antaranya serangan Phytophthora capsici, penyebab
penyakit busuk pangkal batang (BPB). serangan penyakit busuk pangkal batang
dapat menyebabkan kerugian 10-15 % per tahun. Ditjenbun melaporkan penyakit
tersebut pada akhir tahun 2007 menyebabkan kehilangan hasil sebesar Rp. 19
milyar dengan luas kerusakan 73.666 ha Serangan paling mematikan apabila
Phytophthora menyerang pangkal batang dan akar tanaman.
Penyakit BPB juga
dapat menyerang bagian pucuk daun yang menyebabkan terjadi bercak pada bagian
ujung, tengah atau tepi daun. Tanaman muda sampai tanaman yang telah berumur
lebih dari dua tahun dapat terserang penyakit BPB. Banyak faktor yang menjadi
kendala dalam budidaya lada, diantaranya adalah serangan penyakit busuk pangkal
batang (BPB) yang disebabkan oleh jamur Phytophthora
capsici. Penyakit ini merupakan organisme pengganggu tumbuhan paling
berbahaya dan paling merugikan bagi petani lada.
Penyakit busuk pangkal
batang disebabkan oleh jamur Phytophthora
capsici. Penyakit ini pertama kali ditemukan di Lampung Selatan tahun 1885.
Jamur P. capsici dapat menyerang semua umur/stadia tanaman, mulai dari
pembibitan sampai tanaman produksi. Serangan yang membahayakan apabila terjadi
pada pangkal batang atau akar karena menyebabkan kematian tanaman dengan cepat
Busuk Pangkal
Batang (pytopthora capsici L )
Dalam sistem taksonomi
pytopthora capsici
L sebagi berikut :
Domain : Eukaryota
Kerajaan : Chromalveolata
Filum : Heterokontophyta
Kelas : Oomycetes
Ordo : Peronosporales
Famili : Pythiaceae
Genus : Phytophthora
Spesies : phytoptohora capsici L
Miselium
P. capsici tidak bersepta dan mengandung banyak inti diploid. Jamur tersebut berkembang
biak dengan dua cara yaitu secara aseksual dan seksual. Secara aseksual membentuk
sporangium. Bentuk sporangium bervariasi dengan perbandingan panjangdan lebar
berkisar antara 1,3 – 1,8. Sporangium berpapila, kadang-kadang dijumpai sporangium yang
mempunyai dua papila.

Daur Penyakit
Daun-daun sakit
merupakan sumber inokulum bagi tangkai atau cabang sehat yang berada di
dekatnya. Infeksi pada daun biasanya terjadi setelah turun hujan. Apabila
selama waktu hujan angin kencang, maka propagul P. capsici dapat terbawa dan
menyebar ke daun tanaman di sekitarnya. Apabila serangan patogen terjadi pada
satu tanaman dalam suatu kebun, maka dapat diperkirakan 1-2 bulan kemudian
penyakit akan menyebar ke tanaman di sekitarnya.
Serangan P. capsici
pada tanaman lada banyak terjadi pada musim hujan. Pada saat itu keadaan
suhu yang rendah dan kelembaban yang tinggi serta didukung oleh adanya nutrisi
yang cukup akan merangsang struktur istirahat jamur patogen untuk
berkecambah.Tetesan air hujan yang jatuh ke tanah dapat membantu memudahkan
propagul dari tanah ke daun yang didekatnya sehingga memungkinkan
terjadinya infeksi.
Pada serangan lanjut
mengakibatkan terbentuknya sporangium pada permukaan bawah daun dan bilaada
lapisan air memungkinkan terbentuknya zoospora. Apabila selama hujan
disertaiangin maka sporangium atau zoospora yang telah terbentuk akan terlepas
dan terbawa angin menyebar ke tanaman di sekitarnya. Zoospora
disebut juga sebagai spora kembar, karena dapat berenang bila ada lapisan
air.Lama geraknya tergantung suhu air bebas. Tiga puluh menit setelah zoospora
berhenti bergerak, akan terjadi perkecambahan bila lingkungan
memungkinkan. Bila lingkungan tidak
menguntungkan maka akan
terbentuk struktur istirahat.
Kemampuan patogen
bertahan hidup di
dalam tanah mempunyai peranan penting sebagai sumber inoculum primer.Penyebaran jamur
selain oleh air
juga dapat dilakukan
oleh ternak, manusia,
alat pertanian bekas dipakai pada tanaman sakit dan siput/keong.
Gelaja yang
muncul
Gejala khas penyakit
BPB ialah kelayuan tanaman apabila patogen tersebut menyerang pangkal batang
atau akar. Infeksi pada pangkal batang menyebabkan terjadinya perubahan warna
kulit menjadi hitam. Pada keadaan lembap, gejala hitam tersebut tampak seperti
berlendir berwarna agak biru. Serangan pada akar menyebabkan tanaman layu dan
daun-daun menjadi berwarna kuning.
Daun-daun yang layu
sering tetap tergantung dan berubah warna menjadi cokelat sampai hitam.
Serangan patogen pada daun menyebabkan terjadinya bercak daun. Sepanjang tepi
bercak terdapat bagian gejala hitam bergerigi seperti renda yang akan tampak
jelas bila daun diarahkan ke cahaya, sedangkan serangan pada buah menyebabkan
buah berwarna hitam dan menjadi busuk. Umumnya serangan terjadi pada buah yang
letaknya dekat permukaan tanah .
Pengendalian Hama
dan Penyakit Terpadu
Pengendalian hama dan
penyakit terpadu adalah sebuah sistem perlindungan tanaman yang mengatur tata
cara pegendalian serangan hama dan penyakit. Pengendalian secara terpadu terbagi
menjadi pengendalian pencegahan (preventif)
dan pengendalian penanggulangan (kuratif).
Perbedaan pengendalian terpadu dengan sistem pengendalian lainnya adalah, pada
pengendalian hama dan penyakit terpadu hanya akan dilakukan pengendalian
apabila intensitas serangan dari OPT telah melewati ambang ekonomi (sudah
dianggap merugikan).
Pengendalian terpadu
dalam teknisnya memadukan beberapa teknik pengendalian. Dalam pelaksanaannya
diurutkan mulai dari pengendalian pencegahan sampai dengan pengendalian
penanggulanangan. Adapun pengendalian hama dan penyakit terpadu bagi serangan pytopthora capsici L adalah sebagai
berikut.
Teknik
Pengendalian Kultur Teknis
Menggunakan varietas
yang resisten/ toleran merupakan alternatif dalam memanipulasi serangan hama
ini. Varietas yang toleran diantaranya yaitu, Natar 1, Natar 2 clan Petaling .
Mempunyai saluran
drainase dan parit keliling, sehingga tidak ada air yang tergenang di dalam
kebun. Adanya air yang tergenang merupakan tempat atau kondisi yang baik untuk
pertumbuhan dan perkem-angan jamur P. capsici.
Pengamatan pada kebun
lada di Lampung yang dicampur dengan tanaman kopi, ternyata intensitas serangan
BPB menurun sebesar 3% (Kasim, 1990). Daun-daun cengkeh kering atau ampas sisa
sulingan bunga cengkeh dapat menekan pertumbuhan dan perkem-bangan BPB .
Berdasarkan pengamatan di atas, disarankan menanam tanaman sisipan/sela seperti
kopi dan cengkeh diantara tanaman lada.
Teknik
Pengendalian Biologi
Penyakit BPB dapat
dilakukan dengan pemberian kotoran ternak dicampur alang-alang dan agensia
hayati T.Harzianum. Aplikasi pupuk kandang dapat dilakukan bersamasama dengan
aplikasi alang-alang dan agensia hayati untuk menekan terjadinya serangan P.
capsici. Pemberian bahan organik harus dibenamkan dalam tanah, di bawah tajuk
tanaman lada agar berfungsi sebagai sumber nutrisi bagi tanaman lada,
menggemburkan tanah, meningkatkan populasi mikroorganisme antagonis.
Alang-alang sebagai sumber bahan organik dapat diberikan sebagai penutup tanah.
Untuk pengendalian penyakit BPB maka alang-alang harus dibenamkan.
Teknik
Pengendalian Fisik-Mekanik
Pengendalian
secara kultur teknis meliputi penggunaan bibit yang sehat, penanaman tanaman
penutup tanah, penggunaan tiang panjat hidup, pemupukan yang berimbang,
pembuatan drainase dan parit keliling, pemangkasan tajar, pembuangan sulur
cacing dan sulur gantung, penyiangan terbatas, serta pemangkasan cabang lada
yang ada di bagian bawah. Penanaman tanaman kelompok Liliaceae dilaporkan akan
menekan terjadinya gejala BPB karenaeksudat akar tanaman tersebut dapat
menghambat perkecambahan zoospora P.capsici
Teknik
Pengendalian Kimia
Pengendalian secara
kimia dengan menggunakan fungisida berbahan aktif sistemik cenderung lebih efektif
dan banyak digunakan oleh petani, khususnya saat harga lada tinggi Fungisida
sistemik berbahan aktif aluminium fosetil 80%, asam fosfit 400g/l, atau
menaburkan mefenoksam ke tanah sekeliling bawah tajuk tanaman dapat mencegah
terjadinya penularan penyakit. Namun, pemakaian fungisida hendaknya merupakan
pilihan terakhir. Selain karena permintaan produk yang bebas residu juga harga
lada yang relatif tidak stabil, fungisida menjadi input yang mahal bagi petani.
Penutup
Penyakit busuk pangkal
batang disebabkan oleh jamur Phytophthora
capsici. Penyakit ini pertama kali ditemukan di Lampung Selatan tahun 1885.
Jamur P. capsici dapat menyerang semua umur/stadia tanaman, mulai dari
pembibitan sampai tanaman produksi. Serangan yang membahayakan apabila terjadi
pada pangkal batang atau akar karena menyebabkan kematian tanaman dengan cepat. Diperlukan pengendalian terpadu untuk mengendalikan
penyakit ini.
Kelebihan dari teknik
hayati adalah tidak memberi dampak pencemaran lingkungan. akan tetapi respon
yang diharapkan memerlukan waktu yang relative lama. sifat ini bertolak
belakang dengan teknik pengendalian secara kimia. pada teknik pengendalian
secara kimia respon yang muncul akan cepat akan tetapi berdampak teerhadap
pencemaran lingkungan apabila
aplikasinya melebihi dosis yang diajurkan, selain itu juga mampu
menyebabkan munculnya sifat resistensi OPT terhadap pestisida.
0 comments:
Post a Comment