BAB 1Pendahuluan
1.1 Latar belakang
Indonesia memiliki sumber daya lahan yang sangat
luas untuk peningkatan produkivitas tanaman pangan khususnya tanaman padi.
Beras sebagai salah satu sumber panganutama penduduk Indonesia dan kebutuhannya
terus meningkat karena selainpenduduk terus bertambah dengan laju peningkatan
sekitar 2% per tahun, juga adanya perubahan pola konsumsi penduduk dari non
beras ke beras. Disamping itu terjadinya penciutan lahan sawah irigasi akibat
konversi lahan untuk kepentingan non pertanian dan
munculnya penomena degradasi kesuburan lahan menyebabkan produktivitas padi
sawah irigasi cenderung melandai (Deptan, 2008).Berkaitan dengan perkiraan
terjadinya penurunan produksi tersebut maka perlu diupayakan penanggulanggannya
melalui peningkatan intensitas pertanaman dan produktivitas lahan sawah yang
ada, pencetakan lahan irigasi baru dan pengembangan lahan potensial lainnya
termasuk lahan marginal seperti lahan rawapasang surut.
Lahan pasang surut mempunyai potensi cukup besar
untuk dikembangkan menjadi lahan pertanian berbasis tanaman pangan dalam
menunjang ketahanan pangan nasional.Lahan pasang surut Indonesia cukup luas
sekitar 20,1 juta ha dan 9,3 jutadiantaranya mempunyai potensi untuk
pengembangan tanaman pangan (Ismail etal. 1993). Propinsi
Jambi diperkirakan memiliki lahan rawa seluas 684.000ha, berpotensi untuk
pengembangan pertanian 246.481 ha terdiri dari lahanpasang surut 206.832 ha dan
lahan non pasang surut (lebak) 40.521 ha (Bappeda,2000). Menurut Suwarno et
al. (2000) bahwa permintaan bahan pangankhususnya beras terus
meningkat dari tahun ke tahun sehingga mendorongpemerintah untuk mengembangkan
lahan pertanian ke wilayah-wilayah bermasalahdiantaranya lahan rawa pasang
surut yang tersedia sangat luas, diperkirakanlahan pasang surut dan lahan
marginal lainnya yang belum dimanfaatkan akansemakin meningkat perannya dalam
pembangunan pertanian di Indonesia.Pemanfaatan lahan tersebut untuk pertanian
merupakan alternatif yang dapatmengimbangi berkurangnya lahan produktif
terutama di pulau Jawa yang beralihfungsi untuk berbagai keperluan pembangunan
non pertanian. Hasil penelitian Ismail et al. (1993)
menunjukkan bahwa lahan rawa ini cukup potensialuntuk usaha pertanian baik
untuk tanaman pangan, perkebunan, hortikulturamaupun usaha peternakan. Kedepan
lahan rawa ini menjadi sangat strategis dan penting bagi pengembangan pertanian
sekaligus mendukung ketahanan pangan dan usaha agribisnis
Usahatani di lahan rawa pasang surut umumnya produktivitasnya
masih rendah, karena tingkat kesuburan lahannya rendah, mengandung senyawa
pirit, masam, terintrusiair laut dan dibeberapa bagian tertutup oleh lapisan
gambut. Pertumbuhantanaman di lahan pasang surut menghadapi berbagai kendala
seperti kemasamantanah, keracunan dan defisiensi hara, salinitas serta air yang
sering tidaksesuai dengan kebutuhan tanaman. Komoditas yang banyak diusahakan
petani adalah padi dengan teknik budidaya yang diterapkan masih sederhana dan
menggunakan varietas lokal serta pemupukan tidak lengkap dengan takaran rendah
(Suwarno etal, 2000). Untuk mendukung pengembangan pertanian di
lahan pasang surut,pemerintah melalui lembaga penelitian dan perguruan tinggi
telah melakukan kegiatan penelitian di beberapa lokasi pasang surut Kalimantan
dan Sumateraselama sekitar 20 tahun. Badan Litbang Pertanian melalui Balai
Penelitian Tanaman Rawa dan berbagai proyek penelitian juga telah melakukan
kegiatan penelitian secara intensif sejak pertengahan tahun 1980 an. Berbagai
komponenteknologi usaha tani sudah dihasilkan dan berbagai paket teknologi
usaha tanijuga sudah direkayasa untuk mendukung pengembangan usahatani atau
agribinis dilahan pasang surut. Litbang pertanian juga telah menghasilkan
berbagai komponen teknologi pengelolaan lahan dan komoditas serta model usaha
tani
Umumnya petani dilahan pasang surut mengusahakan
tanaman padi hanya satu kali dalamsetahun yaitu penanaman padi dilakukan pada
musim hujan, dengan pola tanam padi– bera atau padi – palawija. Namun pola
tanam padi – bera lebih dominandibandingkan dengan pola tanam padi-palawija.
Oleh karena itu, upaya untukmeningkatkan produksi padi melalui intensifikasi
dengan meningkatkanproduktivitas padi musim hujan melalui penerapan inovasi
teknologi PTT padi dan meningkatkan intensitas pertanaman padi di lahan pasang
surut. Makalah inibertujuan mengoptimalkan potensi sumber daya lahan lahan
untuk peningkatan produksi dan produktivitas padi melalui penerapan inovasi
teknologi pertanaman padi musim hujan dan peningkatan intensitas pertanaman
padi (IP Padi 200) dilahan pasang surut desa Teluk Ketapang Kecamatan Senyerang
Kabupaten Tanjung Jabung Barat Provinsi Jambi.
BAB 2Pembahasan
2.1 Lahan Basah (Pasang Surut)
Lahan basah adalah daerah
rawa yang dalam proses pembentukannya dipengaruhi oleh pasang surut air laut,
terletak dibagian muara sungai atau sepanjang pesisir pantai.
Lahan pasang surut merupakan suatu lahan yang
terletak pada zone/wilayah sekitar pantai yang ditandai denganadanya pengaruh
langsung limpasan air dari pasang surutnya air laut atau punhanya berpengaruh
pada muka air tanah. Sebagian besar jenis tanah pada lahanrawa pasang surut
terdiri dari tanah gambut dan tanah sulfat masam.
Lahanrawa pasang surut jika dikembangkan secara
optimal dengan meningkatkan fungsidan manfaatnya maka bisa menjadi lahan yang
potensial untuk dijadikan lahanpertanian di masa depan. Untuk mencapai tujuan
pengembangan lahan pasang surutsecara optimal, ada beberapa kendala. Kendala
tersebut berupa faktor biofisik,hidrologi yang menyangkut tata air, agronomi,
sosial dan ekonomi
Kemudian tanah pasang surut biasanya dimanfaatkan
untuk berbagai kepentingan terutama untuk lahan persawahan. Luas lahan pasang
surut yang dapat dimanfaatkan berfluktuasi antara musim kemarau dan penghujan. Pemanfaatan
lahan pasang surut telah menjadi sumber matapencaharian penting bagi masyarakat
disekitarnya meskipun belum dapat menggunakannya sepanjang tahun. Rata - rata
lahan pasang surut hanya dapatditanami sekali dalam setahunnya selebihnya
dibiarkan dalam keadaan berokarena tergenang air. Tergenangnya
lahan pasang surut secara periodik adakaitannya dengan kepentingan pembangkit
tenaga listrik dan meluapnya air padamusim penghujan.
Penyiapan
lahan pasang surut lebih beragam dibanding lahan sawah irigasi oleh
karena itu penyiapan lahannya juga berbeda. Penyiapan lahan bisa dilakukan
dengan TOT (tanpa olah tanah) dan traktor.
Penyiapan
lahan dengan tanpa olah tanah (TOT) dapat dilakukan pada lahan gambut atau
lahan sulfat masam yang memiliki lapisan pirit 0 – 30 cm dari permukaan tanah.
Sedangkan penyiapan lahan dengan traktor dapat dilakukan pada lahan-lahan
potensial yang memiliki lapisan pirit atau beracun lebih dari 30 cm dari
pemukaan tanah.
Sistem Pengairan Lahan Pasang Surut
Sistem pengairan pada
lahan pasang surut dapat dilakukan dengan berbagai cara :
a.
Sistem irigasi dari bawah ke atas (lowe to upper flow irrigation system)
Sistem ini dilakukan dengan
konstruksi bendung, canal dari soil (cement), sistem irirgasi bawah ke atas
dapat mengurangi pengaruh sedimen pada kanal dan sawah, karena sistem ini dapat
menghilangkan stagnasi tinggi pasang surut yang akhirnya menghilangkan sedimentasi
(Morgan, 1986).
Dari keadaan air sungai yang
permukaannya di bawah rata-rata permukaan tanah di tepi sungai maka untuk
mendapatkan air dari sungai tani diberika alternatif pompanisasi, sistem
pompanisasi ini membutuhkan pompa lebih dari satu untuk dipasang secara
paralel.
b.
Sistem Aliran Satu Arah
Pelaksanaan
sistem ini tergantung kepada kesepakatan pengaturan pintu-pintu air.
• Jika salah satu saluran tersier berfungsi sebagai saluran
pemasukan (irigasi), maka saluran tersier disebelahnya dijadikan
saluran pengeluaran(drainase).
• Saluran pemasukan diberi pintu air
yang membukake dalam, sehingga pada waktu pasang air dapat masuk dan air tidak
dapat ke luar jika air surut.
• Saluran pengeluaran diberi pintu air
yang membuka ke luar, sehingga pada waktu air surut air dapat keluar dan air
tidak dapat masuk jika air sedang pasang.
• Saluran kuarter yang merupakan batas pemilikan perlu
ditata mengikuti aliran satu arah. Pada lahan yang bertipe luapan B, pintu flap
gate dilengkapi stop log yang difungsikan pada waktu air pasang kecil.
Informasi LainYang Perlu
Ditonjolkan :
- Tata air
mikro dapat mengurangi kemasaman tanah dan kandungan besi yang merupakan kendala utama dilahan pasangsurut.
- Sistem
TOT disertai denganpenyemprotan herbisida Glyfosat sebanyak 6 l/ha pada lahan
sulfat masam danbergambut yang sudah melumpur selain dapat mengurangi waktu
kerja 70-75 % jugameningkatkan hasil padi.
- Keseimbangan
hara N, P, K dan Casangat penting dalam pengelolaaan hara dan pemupukan dilahan
pasang surut.Dengan pemberian hara secara lengkap dapat meningkatkan hasil padi
dari 0,64 ton/hamenjadi 4,24 ton/ha sampai 6,0 ton/ha.
2.2
Lahan
Kering
Lahan kering adalah lahan yang dapat digunakan untuk usaha
pertanian dengan menggunakan air secara terbatas dan biasanya hanya
mengharapkan dari curah hujan. Lahan ini memiliki kondisi agro-ekosistem yang
beragam, umumnya berlereng dengan kondisi kemantapan lahan yang labil (peka
terhadap erosi) terutama bila pengelolaannya tidak memperhatikan kaidah
konservasi tanah. Untuk usaha pertanian lahan kering dapat dibagi dalam tiga
jenis penggunaan lahan, yaitu lahan kering berbasis palawija (tegalan), lahan
kering berbasis sayuran (dataran tinggi) dan pekarangan. Menurut Ford Foundation
(1989), terdapat tiga permasalahan utama usahatani lahan kering, yaitu: erosi
(terutama bila lahan miring dan tidak tertutup vegetasi secara rapat),
kesuburan tanah (umumnya rendah sebagai akibat dari proses erosi yang
berlanjut), dan ketersediaan air (sangat terbatas karena tergantung dari curah
hujan). Ciri lainnya adalah makin menurunnya produktifitas lahan (leveling
off), tingginya variabilitas kesuburan tanah dan macam spesies tanaman yang
ditanam, memudarnya modal sosial-ekonomi dan budaya, rendah atau tidak
optimalnya adopsi teknologi maju, serta terbatasnya ketersediaan modal dan
infrastruktur yang tidak sebaik di daerah sawah.
Teknik Penanaman
Papaya
1) Pembuatan Lubang Tanam
Untuk biji yang
disemai, sebelum bibit ditanamkan bibit, terlebih dahulu harus dibuatkan lubang
tanaman. Lubang-lubang berukuran 60 x 60 x 40 cm, yang digali secara berbaris.
Selama lubang-lubang dibiarkan kosong agar memperoleh cukup sinar matahari.
Setelah itu lubang-lubang diisi dengan tanah yang telah dicampuri dengan pupuk
kandang 2-3 blek. Lubang-lubang yang ditutupi gundukan tanah yang cembung
dibiarkan 2-3 hari hingga tanah mengendap. Setelah itu baru lubang-lubang siap
ditanami. Lubang-lubang tersebut diatas dibuat 1-2 bulan
penanaman. Apabila biji ditanam langsung ke kebun, maka lubang-lubang pertanaman harus digali terlebih dahulu. Lubang-lubang pertanaman untuk biji-biji harus selesai ± 5 bulan sebelum musim hujan.
penanaman. Apabila biji ditanam langsung ke kebun, maka lubang-lubang pertanaman harus digali terlebih dahulu. Lubang-lubang pertanaman untuk biji-biji harus selesai ± 5 bulan sebelum musim hujan.
2) Cara Penanaman
Tiap-tiap
lubang diisi dengan 3-4 buah biji. Beberapa bulan kemudian akan dapat dilihat tanaman
yang jantan dan betina atau berkelamin dua.
Teknik Penanaman
Nangka
1) Penentuan Pola Tanam
Pola
usaha pekarangan adalah bertanam di lahan sekitar rumah. Hasil ini tidak
semata-mata untuk dijual tetapi sebagian untuk dikonsumsi sendiri. Sedangakan
pola usaha kebun yaitu bertanam di lahan yg jauh lebih luas dari pekarangan
dengan pertimbangan hasilnya untuk memnuhi kebutuhan pasar, modal & tenaga
kerja cukup tersedia serta lahannya sesuai dengan persyaratan tempat tumbuh nangka. Pola usaha kebun dapat berbentuk kebun tanaman murni & kebun
tanaman campuran. Pada kebun tanaman murni hanya ditanam satu jenis tanaman
yaitu seluruhnya ditanami nangka. Sedangkan di kebun campuran, pohon nangka dicampur nenas, pepaya, & sebagainya. Pohon nangka yg dipelihara di kebun buah jarak tanamnya 8 - 12 m, dlm pola segi
empat atau segi enam: kepadatan yg umum adalah 100-120 batang/ha. Jarak
tanamnya antara lobang tanam 12 x 12 m atau 4 x 6 m. 2) Pembuatan Lobang Tanam
Lubang tanam dibuat dengan ukuran 0,5 x 0,5 x 0,5 m atau 1 x 1 x 0,5 m. Pada
saat penggalian lubang tanam, tanah bagian atas dipisahkan dari tanah bagian
bawah. Tanah bagian atas dicampur dengan pupuk kandang yg sudah matang sebanyak
20 kg per lubang. Lubang tanah yg telah digali dibiarkan terbuka selama 1-2
minggu, agar mendapat sinar matahari sehingga teroksidasi dengan baik. Untuk
menghindari kendala tanah asam, tanah galian dicampur dengan dolomit/kapur
pertanian sebanyak 0,5-1 kg per lubang tanam & tanah campuran ini
dimasukkan ke dlm lubang 2-3 minggu sebelum penanaman. Untuk tanah yg terlalu
berat, selain pengolahan tanah dapat pula ditambahkan pasir sebanyak 0,5 kaleng
per lubang. Seminggu sebelum tanam berilah NPK (15–15– 15) 100 gram ke dlm
lubang penanamn apabila perlu. Bibit hasil semaian atau okulasi ditanam tegak
& kokoh ke dlm tengah lubang penanaman. Jarak antara lubang tanam 12 x 12 m
atau 4 x 6 m.
3) Cara Penanaman
Penanaman
dilakukan sore hari atau pagi hari pada permulaan musim penghujan yaitu saat
curah hujan sudah cukup merata. Bibit ditanam pada lubang yg sudah tersedia,
tegak lurus. Sebelum bibit ditanam, kantong plastik harus dibuang. Kalau
penanaman dilakukan di luar musim penghujan atau karena adanya kelainan iklim,
yaitu musim hujan tiba-tiba berubah menjadi kemarau lagi, maka bibit yg telah
ditanam perlu disiram secara teratur.
Penutup
Kesimpulan
Lahan basah adalah daerah
rawa yang dalam proses pembentukannya dipengaruhi oleh pasang surut air laut,
terletak dibagian muara sungai atau sepanjang pesisir pantai.
Penyiapan lahan dengan tanpa olah
tanah (TOT) dapat dilakukan pada lahan gambut atau lahan sulfat masam yang
memiliki lapisan pirit 0 – 30 cm dari permukaan tanah. Sedangkan penyiapan
lahan dengan traktor dapat dilakukan pada lahan-lahan potensial yang memiliki
lapisan pirit atau beracun lebih dari 30 cm dari pemukaan tanah.
Lahan kering adalah lahan yang dapat
digunakan untuk usaha pertanian dengan menggunakan air secara terbatas dan
biasanya hanya mengharapkan dari curah hujan. Lahan ini memiliki kondisi
agro-ekosistem yang beragam, umumnya berlereng dengan kondisi kemantapan lahan
yang labil (peka terhadap erosi) terutama bila pengelolaannya tidak
memperhatikan kaidah konservasi tanah.
0 comments:
Post a Comment