Home » » teknologi penyiapan dan pengolahan lahan basah dan lahan kering

teknologi penyiapan dan pengolahan lahan basah dan lahan kering

Posted by tulisan seorang pelajar on Tuesday, April 14, 2015


BAB 1Pendahuluan

1.1       Latar belakang


Indonesia memiliki sumber daya lahan yang sangat luas untuk peningkatan produkivitas tanaman pangan khususnya tanaman padi. Beras sebagai salah satu sumber panganutama penduduk Indonesia dan kebutuhannya terus meningkat karena selainpenduduk terus bertambah dengan laju peningkatan sekitar 2% per tahun, juga adanya perubahan pola konsumsi penduduk dari non beras ke beras. Disamping itu terjadinya penciutan lahan sawah irigasi akibat konversi lahan untuk kepentingan non pertanian dan munculnya penomena degradasi kesuburan lahan menyebabkan produktivitas padi sawah irigasi cenderung melandai (Deptan, 2008).Berkaitan dengan perkiraan terjadinya penurunan produksi tersebut maka perlu diupayakan penanggulanggannya melalui peningkatan intensitas pertanaman dan produktivitas lahan sawah yang ada, pencetakan lahan irigasi baru dan pengembangan lahan potensial lainnya termasuk lahan marginal seperti lahan rawapasang surut.

Lahan pasang surut mempunyai potensi cukup besar untuk dikembangkan menjadi lahan pertanian berbasis tanaman pangan dalam menunjang ketahanan pangan nasional.Lahan pasang surut Indonesia cukup luas sekitar 20,1 juta ha dan 9,3 jutadiantaranya mempunyai potensi untuk pengembangan tanaman pangan (Ismail etal. 1993). Propinsi Jambi diperkirakan memiliki lahan rawa seluas 684.000ha, berpotensi untuk pengembangan pertanian 246.481 ha terdiri dari lahanpasang surut 206.832 ha dan lahan non pasang surut (lebak) 40.521 ha (Bappeda,2000). Menurut Suwarno et al. (2000) bahwa permintaan bahan pangankhususnya beras terus meningkat dari tahun ke tahun sehingga mendorongpemerintah untuk mengembangkan lahan pertanian ke wilayah-wilayah bermasalahdiantaranya lahan rawa pasang surut yang tersedia sangat luas, diperkirakanlahan pasang surut dan lahan marginal lainnya yang belum dimanfaatkan akansemakin meningkat perannya dalam pembangunan pertanian di Indonesia.Pemanfaatan lahan tersebut untuk pertanian merupakan alternatif yang dapatmengimbangi berkurangnya lahan produktif terutama di pulau Jawa yang beralihfungsi untuk berbagai keperluan pembangunan non pertanian. Hasil penelitian Ismail et al. (1993) menunjukkan bahwa lahan rawa ini cukup potensialuntuk usaha pertanian baik untuk tanaman pangan, perkebunan, hortikulturamaupun usaha peternakan. Kedepan lahan rawa ini menjadi sangat strategis dan penting bagi pengembangan pertanian sekaligus mendukung ketahanan pangan dan usaha agribisnis

Usahatani di lahan rawa pasang surut umumnya produktivitasnya masih rendah, karena tingkat kesuburan lahannya rendah, mengandung senyawa pirit, masam, terintrusiair laut dan dibeberapa bagian tertutup oleh lapisan gambut. Pertumbuhantanaman di lahan pasang surut menghadapi berbagai kendala seperti kemasamantanah, keracunan dan defisiensi hara, salinitas serta air yang sering tidaksesuai dengan kebutuhan tanaman. Komoditas yang banyak diusahakan petani adalah padi dengan teknik budidaya yang diterapkan masih sederhana dan menggunakan varietas lokal serta pemupukan tidak lengkap dengan takaran rendah (Suwarno etal, 2000). Untuk mendukung pengembangan pertanian di lahan pasang surut,pemerintah melalui lembaga penelitian dan perguruan tinggi telah melakukan kegiatan penelitian di beberapa lokasi pasang surut Kalimantan dan Sumateraselama sekitar 20 tahun. Badan Litbang Pertanian melalui Balai Penelitian Tanaman Rawa dan berbagai proyek penelitian juga telah melakukan kegiatan penelitian secara intensif sejak pertengahan tahun 1980 an. Berbagai komponenteknologi usaha tani sudah dihasilkan dan berbagai paket teknologi usaha tanijuga sudah direkayasa untuk mendukung pengembangan usahatani atau agribinis dilahan pasang surut. Litbang pertanian juga telah menghasilkan berbagai komponen teknologi pengelolaan lahan dan komoditas serta model usaha tani

Umumnya petani dilahan pasang surut mengusahakan tanaman padi hanya satu kali dalamsetahun yaitu penanaman padi dilakukan pada musim hujan, dengan pola tanam padi– bera atau padi – palawija. Namun pola tanam padi – bera lebih dominandibandingkan dengan pola tanam padi-palawija. Oleh karena itu, upaya untukmeningkatkan produksi padi melalui intensifikasi dengan meningkatkanproduktivitas padi musim hujan melalui penerapan inovasi teknologi PTT padi dan meningkatkan intensitas pertanaman padi di lahan pasang surut. Makalah inibertujuan mengoptimalkan potensi sumber daya lahan lahan untuk peningkatan produksi dan produktivitas padi melalui penerapan inovasi teknologi pertanaman padi musim hujan dan peningkatan intensitas pertanaman padi (IP Padi 200) dilahan pasang surut desa Teluk Ketapang Kecamatan Senyerang Kabupaten Tanjung Jabung Barat Provinsi Jambi.




BAB 2Pembahasan

2.1       Lahan Basah (Pasang Surut)


Lahan basah adalah daerah rawa yang dalam proses pembentukannya dipengaruhi oleh pasang surut air laut, terletak dibagian muara sungai atau sepanjang pesisir pantai.

Lahan pasang surut merupakan suatu lahan yang terletak pada zone/wilayah sekitar pantai yang ditandai denganadanya pengaruh langsung limpasan air dari pasang surutnya air laut atau punhanya berpengaruh pada muka air tanah. Sebagian besar jenis tanah pada lahanrawa pasang surut terdiri dari tanah gambut dan tanah sulfat masam.
Lahanrawa pasang surut jika dikembangkan secara optimal dengan meningkatkan fungsidan manfaatnya maka bisa menjadi lahan yang potensial untuk dijadikan lahanpertanian di masa depan. Untuk mencapai tujuan pengembangan lahan pasang surutsecara optimal, ada beberapa kendala. Kendala tersebut berupa faktor biofisik,hidrologi yang menyangkut tata air, agronomi, sosial dan ekonomi
          
  Kemudian tanah pasang surut biasanya dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan terutama untuk lahan persawahan. Luas lahan pasang surut yang dapat dimanfaatkan berfluktuasi antara musim kemarau dan penghujan. Pemanfaatan lahan pasang surut telah menjadi sumber matapencaharian penting bagi masyarakat disekitarnya meskipun belum dapat menggunakannya sepanjang tahun. Rata - rata lahan pasang surut hanya dapatditanami sekali dalam setahunnya selebihnya dibiarkan dalam keadaan berokarena tergenang air. Tergenangnya lahan pasang surut secara periodik adakaitannya dengan kepentingan pembangkit tenaga listrik dan meluapnya air padamusim penghujan.


Penyiapan lahan pasang surut lebih beragam dibanding lahan sawah irigasi oleh karena itu penyiapan lahannya juga berbeda. Penyiapan lahan bisa dilakukan dengan TOT (tanpa olah tanah) dan traktor.

Penyiapan lahan dengan tanpa olah tanah (TOT) dapat dilakukan pada lahan gambut atau lahan sulfat masam yang memiliki lapisan pirit 0 – 30 cm dari permukaan tanah. Sedangkan penyiapan lahan dengan traktor dapat dilakukan pada lahan-lahan potensial yang memiliki lapisan pirit atau beracun lebih dari 30 cm dari pemukaan tanah.

Sistem Pengairan Lahan Pasang Surut
       Sistem pengairan pada lahan pasang surut dapat dilakukan dengan berbagai cara :
a.      Sistem irigasi dari bawah ke atas (lowe to upper flow irrigation system)
Sistem ini dilakukan dengan konstruksi bendung, canal dari soil (cement), sistem irirgasi bawah ke atas dapat mengurangi pengaruh sedimen pada kanal dan sawah, karena sistem ini dapat menghilangkan stagnasi tinggi pasang surut yang akhirnya menghilangkan sedimentasi (Morgan, 1986).
Dari keadaan air sungai yang permukaannya di bawah rata-rata permukaan tanah di tepi sungai maka untuk mendapatkan air dari sungai tani diberika alternatif pompanisasi, sistem pompanisasi ini membutuhkan pompa lebih dari satu untuk dipasang secara paralel.

b.      Sistem Aliran Satu Arah
Pelaksanaan sistem ini tergantung kepada kesepakatan pengaturan pintu-pintu air.
• Jika salah satu saluran tersier berfungsi sebagai saluran pemasukan (irigasi), maka saluran               tersier disebelahnya dijadikan saluran pengeluaran(drainase).
• Saluran pemasukan diberi pintu air yang membukake dalam, sehingga pada waktu pasang air dapat masuk dan air tidak dapat ke luar jika air surut.
• Saluran pengeluaran diberi pintu air yang membuka ke luar, sehingga pada waktu air surut air dapat keluar dan air tidak dapat masuk jika air sedang pasang.
• Saluran kuarter yang merupakan batas pemilikan perlu ditata mengikuti aliran satu arah. Pada lahan yang bertipe luapan B, pintu flap gate dilengkapi stop log yang difungsikan pada waktu air pasang kecil.


Informasi LainYang Perlu Ditonjolkan :

-    Tata air mikro dapat mengurangi kemasaman tanah dan kandungan besi yang merupakan     kendala utama dilahan pasangsurut.

-    Sistem TOT disertai denganpenyemprotan herbisida Glyfosat sebanyak 6 l/ha pada lahan sulfat masam danbergambut yang sudah melumpur selain dapat mengurangi waktu kerja 70-75 % jugameningkatkan hasil padi.

-    Keseimbangan hara N, P, K dan Casangat penting dalam pengelolaaan hara dan pemupukan dilahan pasang surut.Dengan pemberian hara secara lengkap dapat meningkatkan hasil padi dari 0,64 ton/hamenjadi 4,24 ton/ha sampai 6,0 ton/ha.



2.2       Lahan Kering


Lahan kering adalah lahan yang dapat digunakan untuk usaha pertanian dengan menggunakan air secara terbatas dan biasanya hanya mengharapkan dari curah hujan. Lahan ini memiliki kondisi agro-ekosistem yang beragam, umumnya berlereng dengan kondisi kemantapan lahan yang labil (peka terhadap erosi) terutama bila pengelolaannya tidak memperhatikan kaidah konservasi tanah. Untuk usaha pertanian lahan kering dapat dibagi dalam tiga jenis penggunaan lahan, yaitu lahan kering berbasis palawija (tegalan), lahan kering berbasis sayuran (dataran tinggi) dan pekarangan. Menurut Ford Foundation (1989), terdapat tiga permasalahan utama usahatani lahan kering, yaitu: erosi (terutama bila lahan miring dan tidak tertutup vegetasi secara rapat), kesuburan tanah (umumnya rendah sebagai akibat dari proses erosi yang berlanjut), dan ketersediaan air (sangat terbatas karena tergantung dari curah hujan). Ciri lainnya adalah makin menurunnya produktifitas lahan (leveling off), tingginya variabilitas kesuburan tanah dan macam spesies tanaman yang ditanam, memudarnya modal sosial-ekonomi dan budaya, rendah atau tidak optimalnya adopsi teknologi maju, serta terbatasnya ketersediaan modal dan infrastruktur yang tidak sebaik di daerah sawah.
Teknik Penanaman Papaya
1)      Pembuatan Lubang Tanam
Untuk biji yang disemai, sebelum bibit ditanamkan bibit, terlebih dahulu harus dibuatkan lubang tanaman. Lubang-lubang berukuran 60 x 60 x 40 cm, yang digali secara berbaris. Selama lubang-lubang dibiarkan kosong agar memperoleh cukup sinar matahari. Setelah itu lubang-lubang diisi dengan tanah yang telah dicampuri dengan pupuk kandang 2-3 blek. Lubang-lubang yang ditutupi gundukan tanah yang cembung dibiarkan 2-3 hari hingga tanah mengendap. Setelah itu baru lubang-lubang siap ditanami. Lubang-lubang tersebut diatas dibuat 1-2 bulan
penanaman. Apabila biji ditanam langsung ke kebun, maka lubang-lubang pertanaman harus digali terlebih dahulu. Lubang-lubang pertanaman untuk biji-biji harus selesai ± 5 bulan sebelum musim hujan.
2)      Cara Penanaman
Tiap-tiap lubang diisi dengan 3-4 buah biji. Beberapa bulan kemudian akan dapat dilihat tanaman yang jantan dan betina atau berkelamin dua.




Teknik Penanaman Nangka
1) Penentuan Pola Tanam
Pola usaha pekarangan adalah bertanam di lahan sekitar rumah. Hasil ini tidak semata-mata untuk dijual tetapi sebagian untuk dikonsumsi sendiri. Sedangakan pola usaha kebun yaitu bertanam di lahan yg jauh lebih luas dari pekarangan dengan pertimbangan hasilnya untuk memnuhi kebutuhan pasar, modal & tenaga kerja cukup tersedia serta lahannya sesuai dengan persyaratan tempat tumbuh nangka. Pola usaha kebun dapat berbentuk kebun tanaman murni & kebun tanaman campuran. Pada kebun tanaman murni hanya ditanam satu jenis tanaman yaitu seluruhnya ditanami nangka. Sedangkan di kebun campuran, pohon nangka dicampur nenas, pepaya, & sebagainya. Pohon nangka yg dipelihara di kebun buah jarak tanamnya 8 - 12 m, dlm pola segi empat atau segi enam: kepadatan yg umum adalah 100-120 batang/ha. Jarak tanamnya antara lobang tanam 12 x 12 m atau 4 x 6 m. 2) Pembuatan Lobang Tanam Lubang tanam dibuat dengan ukuran 0,5 x 0,5 x 0,5 m atau 1 x 1 x 0,5 m. Pada saat penggalian lubang tanam, tanah bagian atas dipisahkan dari tanah bagian bawah. Tanah bagian atas dicampur dengan pupuk kandang yg sudah matang sebanyak 20 kg per lubang. Lubang tanah yg telah digali dibiarkan terbuka selama 1-2 minggu, agar mendapat sinar matahari sehingga teroksidasi dengan baik. Untuk menghindari kendala tanah asam, tanah galian dicampur dengan dolomit/kapur pertanian sebanyak 0,5-1 kg per lubang tanam & tanah campuran ini dimasukkan ke dlm lubang 2-3 minggu sebelum penanaman. Untuk tanah yg terlalu berat, selain pengolahan tanah dapat pula ditambahkan pasir sebanyak 0,5 kaleng per lubang. Seminggu sebelum tanam berilah NPK (15–15– 15) 100 gram ke dlm lubang penanamn apabila perlu. Bibit hasil semaian atau okulasi ditanam tegak & kokoh ke dlm tengah lubang penanaman. Jarak antara lubang tanam 12 x 12 m atau 4 x 6 m.
3) Cara Penanaman
Penanaman dilakukan sore hari atau pagi hari pada permulaan musim penghujan yaitu saat curah hujan sudah cukup merata. Bibit ditanam pada lubang yg sudah tersedia, tegak lurus. Sebelum bibit ditanam, kantong plastik harus dibuang. Kalau penanaman dilakukan di luar musim penghujan atau karena adanya kelainan iklim, yaitu musim hujan tiba-tiba berubah menjadi kemarau lagi, maka bibit yg telah ditanam perlu disiram secara teratur.





Penutup

Kesimpulan

Lahan basah adalah daerah rawa yang dalam proses pembentukannya dipengaruhi oleh pasang surut air laut, terletak dibagian muara sungai atau sepanjang pesisir pantai.
           
            Penyiapan lahan dengan tanpa olah tanah (TOT) dapat dilakukan pada lahan gambut atau lahan sulfat masam yang memiliki lapisan pirit 0 – 30 cm dari permukaan tanah. Sedangkan penyiapan lahan dengan traktor dapat dilakukan pada lahan-lahan potensial yang memiliki lapisan pirit atau beracun lebih dari 30 cm dari pemukaan tanah.

Lahan kering adalah lahan yang dapat digunakan untuk usaha pertanian dengan menggunakan air secara terbatas dan biasanya hanya mengharapkan dari curah hujan. Lahan ini memiliki kondisi agro-ekosistem yang beragam, umumnya berlereng dengan kondisi kemantapan lahan yang labil (peka terhadap erosi) terutama bila pengelolaannya tidak memperhatikan kaidah konservasi tanah.






0 comments:

Post a Comment

.comment-content a {display: none;}